Pagi ini aku terbangun oleh suara alarmku
Kubuka mataku dan kutegakkan badanku
Sejurus kemudian kulangkahkan kakiku
Menuju jamban mengambil air wudhu
Kurasakan kesejukan air menyentuh kulitku
Aku bersyukur atas nikmat dari Tuhanku
Hari ini aku masih diizinkan meneruskan hidupku
Tak lama kemudian kudengar suara Adzan
Cepat-cepat aku keluar dari kosan
Menuju masjid, tempat meminta pertolongan pada Tuhan
Tempat yang relatif aman
Dari godaan dan gangguan setan
Sampai di masjid, kulepas sendal dan pintu pun kubuka
Kuhirup harumnya aroma
Kusungkurkan wajahku kembali di hadapanNya
Aku rasakan kebahagiaan luar biasa
Karena dua rakaat sebelum shubuh katanya
Lebih baik daripada dunia seisinya
Selesai sholat, imam mengucapkan salam
Aku pun memejamkan mata, konsentrasi dalam-dalam
Memohon pada Rabbku dengan seadanya kalam
Kumohon kebaikan untuk hidupku supaya tidak runyam
Kusadar aku tak sempurna, jadi harus tambal sulam
Lalu kubuka mata dan kulihat suasana
Kulihat arah jam duabelas, sembilan, tujuh, lima, dan tiga
Ada hal yang menarik untuk dianalisa
Kenapa yang ada hanya orangtua?
Dimanakah saudara-saudara kawula muda?
Sesaat kemudian aku ingat, ternyata tadi malam ada pertandingan bola
Mungkin mereka masih pulas di kasur empuknya
Celaka oh celaka
Hari ini agama sudah dikalahkan sepakbola
29 Maret 2015
Alkindi Yahya