Aku akan melanjutkan kisahku seputar
Amazon Cup. Ketika naik kelas 11, aku mendapatkan tim baru. Kelasku 11 IPA 5
berkoalisi dengan 11 IPA 3. Kombinasi ini sebenarnya sudah cukup baik.
Sayangnya kami tidak terlalu beruntung. Kami melawan kelasnya Asqi. Ia adalah
rekanku semasa masih duduk di XG. Ialah yang setia menemaniku dari pertandingan
pertama hingga pertandingan terakhir. Ialah yang pertama kali datang di stadion
saat hujan badai tahun lalu. Ingat kan...ceritaku yang lalu di post yang
berjudul Amazon Pythagoras? Ia dan aku sama-sama merasakan pahitnya
dipecundangi habis-habisan 5-0. Di pertandingan melawan Asqi itu kami kalah. Padahal awal-awal pertandingan kami sudah
bermain dengan baik. Hanya saja di akhir pertandingan tim lawan berhasil
mencuri satu gol yang sangat menyakitkan. Tapi tak mengapa, aku terima
kekalahan itu dengan lapang dada. Masih ada tahun depan. Insya Allah. Setelah
itu, tim Asqi berhasil merebut juara I. Aku sebagai tim yang dikalahkan ikut
merasa bangga walaupun tim kami tidak lolos di babak penyisihan.
Setelah naik ke kelas 12, tim kami
semakin solid. Kerjasama tim kami mulai terjalin dengan baik. Kami berkoalisi
dengan kelas 10 I. Meskipun masih kelas 10, mereka bisa diandalkan. Terutama
karena mereka memiliki pemain terbaik di kelas 10, namanya Molly. Babak
penyisihan kami lalui dengan cukup lancar. Kami imbang 0-0 melawan kelas 10G
baru. Menang 1-0 melawan 12 IPA 3 (mantan koalisi kami di kelas 11), ini
merupakan pertandingan yang paling sulit di babak penyisihan. Dan menang 6-0
melawan kelas 12 IPS 2, karena mereka hanya 9 orang. Rasa malu dipecundangi 5-0
ketika kelas 10 terbalas sudah.
Setelah lolos dari babak penyisihan
kami mengalami masa tenggang yang cukup lama karena adanya ujian tengah
semester. Aku mengalami cukup banyak kegalauan di masa ini. Mulai dari masalah
biologi, fisika, cewek, dll. Argh...bukan tempatnya untuk membahasnya di sini.
Setelah diundi, ternyata tim kami
mendapat lawan 12 IPA 6. Timnya Asqi. Rekan lamaku, dan musuhku juga. Aku
sangat senang mendengar berita ini. Setelah sekian lama penantianku untuk
menghadapi Asqi, sebentar lagi saat itu akan tiba. Aku sudah cukup belajar dari
pertandingan-pertandingan lalu. Posisiku adalah pemain belakang kiri, sementara
Asqi adalah sayap kanan. Kami akan memiliki pertarungan yang sengit. Itu pasti.
Hingga datang hari yang
kunanti-nanti. Tanggal 31 Oktober 2012. Aku membeli roti dan dua gelas air
mineral di istirahat pertama dan di istirahat kedua aku membeli nasi soto,
tahu, roti, dan air mineral. Aku benar-benar memperhitungkan kebutuhan energiku
agar tidak kurang dan tidak terlalu berlebih sehingga menyebabkan sakit perut
saat bertanding. Setelah bel pulang sekolah berbunyi aku berganti kaos, dan bersiap-siap
bertanding. Menurut jadwal, pertandingan akan dimulai pukul 14.30. saat menunggu
di sekolah ternyata aku sudah mendengar Adzan. Jadi aku sholat Asar dulu, jadi
apabila nanti terjadi sesuatu yang buruk padaku, hingga aku harus mati atau
apapun, aku sudah siap karena sudah menunaikan kewajibanku. Selesai sholat
pikiranku sudah agak tenang, waktu sudah menunjukkan 14.45. Kukira aku sudah
terlambat, ternyata jadwalnya molor.
Di stadion teman-teman sudah bersiap
untuk bertanding. Aku sangat antusias untuk mengikuti pertandingan. Tapi
setelah kami berunding, diputuskan bahwa aku bermain di babak kedua saja. Tak
apa. Aku hanya melihat dari bangku penonton saat Asqi mencabik-cabik daerah
pertahanan tim kami. Untungnya mereka selalu gagal untuk mencetak gol. Skor
tetap bertahan 0-0 hingga waktu turun minum tiba.
Kini datang giliranku untuk bermain.
Teman-teman sudah kelelahan, jadi aku harus mampu menutup kekurangan mereka.
Serangan datang bertubi-tubi ke daerah pertahanan kami. Aku berusaha sekuat
yang aku bisa. Beberapa kali aku kecolongan hingga mereka berhasil melakukan
shooting ke gawang kami. Karena aku harus menjaga 2 orang, yakni Asqi dan
Dhika. Dua penyerang yang memiliki footwork yang sangat baik. Tubuh tinggi
kurusku tidak mampu mengimbangi manuver mereka. Aku harus selalu merendahkan
tubuhku untuk memperkecil lengan, seperti diketahui Torsi = Gaya kali lengan.
Dengan panjang yang kecil aku akan bisa memperkecil beban sehingga bisa
bergerak lebih lincah. Kami juga melancarkan serangan yang betubi-tubi ke
daerah pertahanan lawan. Penyerang kami juga memiliki skill yang bagus, namun
sayangnya tidak tercipta gol satu pun. Hingga akhir babak kedua kami berhasil
menahan imbang 0-0.
Aku tetap bermain di babak
perpanjangan. Serangan datang dan aku berhasil menghentikannya. Kami berhasil
membuat serangan balik hingga Jihad, temanku, jatuh di kotak pertahanan lawan
sehingga kami mendapatkan kesempatan melakukan tendangan penalty. Yang menjadi
Algojo kami adalah Molly, siswa kelas 10 yang menjadi andalan kami selama ini.
Saat itu aku sudah mengira bahwa kami benar-benar akan menang. Akan tetapi yang
terjadi justru lain. Tak disangka-sangka Molly gagal melakukan eksekusi. Aku
sangat kecewa. Tetapi pertandingan belum selesai. Aku masih harus tetap siaga
hingga akhir nanti.
Babak perpanjangan berakhir tanpa
tercipta satu gol pun. Pertandingan dilanjutkan dengan babak penalty. Aku sadar
bahwa aku memiliki tendangan yang lemah. Aku tidak ikut menjadi eksekutor. Aku
sudah bekerja sebaik yang aku bisa, selebihnya aku percayakan pada teman-teman.
Di saat menunggu babak penalty
dilaksanakan aku teringat dengan kisah pertempuran yang sangat dahsyat, antara
King Richard the Lionhearted dari Inggris dengan Sultan Salahudin Al-Ayyubi,
pemimpin kaum muslimin. Kisah itu adalah salah satu kisah terbaik yang pernah
aku baca. Beribu-ribu Ksatria Salib dari eropa melewati Laut Tengah dan
Mediterania untuk merebut Baitul Maqdis. Raja-raja Eropa bersatu menggabungkan
kekuatan mereka untuk melawan Sultan Salahudin Al-Ayyubi. Saat itu King Richard
dibantu oleh King Philip dari Perancis.
Sultan Salahudin dan king Richard
sama-sama memiliki strategi yang tidak ada saingannya di planet Bumi di masa
itu. King Richard berhasil merebut beberapa benteng yang sebelumnya dikuasai
oleh Sultan Salahudin Termasuk merebut Baitul Maqdis di kota suci Jerusalem.
Namun dengan keteguhan dan strategi yang cemerlang akhirnya Sultan Salahudin
berhasil menyerang balik dan berhasil menguasai beberapa benteng yang dikuasai
Richard. Hingga puncaknya adalah perebutan kembali Baitul Maqdis. Akhirnya
terjadi perjanjian damai antara mereka. Setiap peziarah dari Eropa boleh
berkunjung ke Jerusalem dengan aman. Gereja-gereja akan tetap dipertahankan.
Penduduk boleh tetap tinggal ataupun pergi dengan merdeka. King Richard sempat
singgah beberapa waktu di Arab. Bahkan ketika King Richard sakit, Sultan
Salahudin mengirimkan buah-buahan segar serta tabib untuk membantu kesembuha
King Richard. Hingga akhirnya King Richard kembali ke Eropa.
Terbayang di benakku bahwa aku
memainkan peran King Richard, sementara Molly adalah King Philip dari Perancis.
Dan Asqi adalah Sultan Salahudin. Dan ternyata benar, eksekutor pertama, kedua,
dan ketiga lawan berhasil menyempurnakan tugas mereka dengan baik. Sementara
eksekutor pertama dan kedua kami gagal membuat gol. Eksekutor ketiga kami
berhasil membuat gol dan membawa setitik harapan. Tetapi Asqi, ekesekutor keempat
lawan berhasil membobol gawang kami dan membawa kemenangan bagi lawan.
Benar-benar kemenangan yang memukau. Asqi bagai seorang Jenderal yang berhasil
memenangkan duel satu-lawan satu dengan Jenderal lawan. Aku hanya bisa
berlapang dada, menerima kekalahan ini.
Akhir dari kisah ini sangat indah.
Kami saling mengakui kehebatan lawan dan saling memuji. Tim yang kalah berbesar
hati mengakui kemenangan lawan, sedangkan yang menang tidak termakan
kesombongan dan berusaha membesarkan hati yang kalah. Benar-benar pertandingan
yang monumental. Aku mungkin akan mengingat-ingat cerita ini dan menuturkannya
kepada anak-anakku nanti (Insya Allah).