Senin, 31 Oktober 2011

Funakoshi Niju-Kun

1. 空手道は礼に始まり礼に終る事を忘
るな
(Karate-do wa rei ni hajimari rei ni owaru
koto a wasaru na)
Karate-do begins and ends with rei

2. 空手に先手なし
(Karate ni sente nashi)
There is no first strike in karate

3. 空手は義の補け
(Karate wa, gi no taske)
Karate stands on the side of justice

4. 先づ自己を知れ而して他を知れ
(Mazu onore o shire, shikashite ta o shire)
First know yourself, then know others

5. 技術より心術
(Gijitsu yori shinjitsu)
Mentality over technique

6. 心は放たん事を要す
(Kokoro wa hanatan koto o yosu)
The heart must be set free

7. 禍は懈怠に生ず
(Wazawai wa ketai ni seizu)
Calamity springs from carelessness

8. 道場のみの空手と思ふな
(Dojo nomino karate to omou na)
Karate goes beyond the dojo

9. 空手の修業は一生である
(Karate-do no shugyo wa isssho de aru)
Karate is a lifelong pursuit

10. 凡ゆるものを空手化せよ其処に妙味
あり
(Ara yuru mono o karateka seyo; sokoni
myomi ari)
Apply the way of karate to all things.
Therein lies its beauty

11. 空手は湯の如し絶えず熱度を与えざ
れば元の水に還る
(Karate Wa Yu No Gotoku Taezu Netsu O
Atae Zareba Motono Mizuni Kaeru)
Karate is like boiling water; without heat, it returns to its tepid state

12. 勝つ考は持つな負けぬ考は必要
(Katsu kangae wa motsuna; makenu
kangae wa hitsuyo)
Do not think of winning. Think, rather, of
not losing

13. 敵に因って轉化せよ
(Tekki ni yotte tenka seyo)
Make adjustments according to your
opponent

14. 戦は虚実の操縦如何に在り
(Tattakai wa kyo-jitsu no soju ikan ni ari)
The outcome of a battle depends on how
one handles emptiness and fullness
(weakness and strength)

15. 人の手足を剣と思へ
(Hi to no te-ashi wa ken to omoe)
Think of hands and feet as swords

16. 男子門を出づれば百万の敵あり
(Danshi mon o izureba hyakuman no teki
ari)
When you step beyond your own gate, you
face a million enemies

17. 構は初心者に後は自然体
(Kamae wa shoshinsha ni atowa shizentai)
Kamae is for beginners; later, one stands in
shizentai

18. 形は正しく実戦は別物
(Kata wa tadashiku, jisen wa betsumono)
Perform kata exactly; actual combat is
another matter

19. 力の強弱体の伸縮技の緩急を忘るな
Chikara no kyojaku tai no shinshuku waza
no kankyu
Do not forget the employment of
withdrawal of power, the extension or
contraction of the body, the swift or
leisurely application of technique

20. 常に思念工夫せよ
(Tsune ni shinen ku fu seyo)
Be constantly mindful, diligent, and
resourceful, in your pursuit of the Way

Minggu, 30 Oktober 2011

"Jangan Berpikir Harus Menang, Pikirkan Bahwa Kau Tidak Harus Kalah"

Dalam karate-do ada sebuah nasihat,
"kerjakan apa yang benar." Hingga
akhirnya kau akan menjadi pemenang
yang sebenarnya….dalam karate dan
hidup. Jangan mengukur keberhasilan
dengan sesuatu yang ada diluar dirimu
sendiri. Kembangkan dalam dirimu,
maka sisanya akan mengikuti.

Ingin menang adalah sifat alami
manusia. Namun jika kau menginginkannya
berlebihan, maka kau akan menjadi tidak
seimbang. Saat hilang keseimbangan, kau
juga akan kehilangan kemampuan untuk
memahami. Kau tidak akan mampu menilai
dengan benar. Kau bahkan tidak mampu
bergerak dengan benar. Saat berkompetisi
tubuhmu tidak akan bergerak dengan
semestinya. Dengan keseimbangan kau
dapat bergerak ke semua arah kapanpun.
Baik fisik maupun emosional.

Kau butuh keseimbangan untuk semua hal
dalam hidup ini. Jika kau melihat sebuah
masalah hanya dari satu sisi, maka kau
tidak akan bisa melihat sebuah kebenaran.

Hanya ingin mempunyai kumite yang
bagus atau kata yang indah bukanlah
karate-do yang baik. Dalam kedua hal ini
hanya ada masalah teknik. Seni bela diri
yang sebenarnya mencakup ilmu
pengetahuan, semangat, emosi dan
kecerdasan.

Tiap orang memiliki
kepribadian yang berbeda. Dengan berlatih
karate kau belajar banyak hal tentang
dirimu sendiri. Hal yang membuatmu kuat
dan hal yang membuatmu lemah. Kau juga
akan belajar melihat kekuatan dan
kelemahan orang lain. Kau akan belajar
sebuah cara baru untuk memandang ke
seluruh dunia.

Pada akhirnya kau juga akan belajar
bagaimana mengendalikan penampilan dan
tindakanmu. Kau akan mendapat
pengalaman yang memberimu keahlian
dan kemampuan untuk menilai. Ini semua
akan dimulai saat kau tinggalkan pikiran
tentang menang atau kalah. Dojo adalah
tempat berlatih untuk hidup. Turnamen
adalah tempat berlatih untuk menang. Dan
diantara keduanya ada sebuah
pertentangan.

Terlalu banyak menekankan pada
kompetisi membuatmu mulai berpikir
tentang menang dan kalah. Kemudian kau
mulai membandingkan dirimu dengan
yang lain. Sangat sering kita melihat
seorang kompetitor membuat dirinya kalah
akibat berpikir tentang kekuatan dan
kelemahan lawannya. Jika kau pikir dirimu
lebih kuat, maka kau sudah kalah sejak
awal. Hal ini tentu saja bukanlah cara yang
baik. Dan jika kau pikir dirimu lebih lemah,
maka kau sudah benar-benar kalah.

Semua upaya haruslah dikerjakan dengan
100%, sehingga kau dapat
menyelesaikannya dengan kemampuan
terbaikmu. Pada saatnya mereka dengan
keseimbangan yang terbaiklah yang akan
menang. Itulah sebab mengapa kompetisi
menjadi hal penting sebagai latihan. Untuk
menguji keseimbanganmu, bukan hanya
sekedar kemampuan fisikmu.

Saat berlatih jangan pernah berpikir
tentang menjadi seorang juara atau
mendapatkan sabuk hitam. Teruslah
berupaya disertai dengan 100% pikiran
yang jernih. Itulah kunci dari seni bela diri,
terus berpikir yang sewajarnya yang terus
berlanjut hingga sisa hidupmu.

Seni bela diri bukan sekedar mencoba
menjadi kuat demi menang kompetisi atau
mengalahkan orang lain. Hal itu justru
bukanlah bela diri. Seni bela diri adalah
berlatih setiap hari untuk memperbaiki
dirimu sendiri. Dan jika kau kerjakan
dengan benar, jagalah keseimbanganmu,
tubuhmu akan mulai bergerak dengan
bebas dan sesuai. Akhirnya kau akan
mampu menang secara alami.
Saat kau bebaskan dirimu dari maksud
tertentu, kau akan mampu melihat semua
keinginan lawanmu. Kau tidak perlu
merencanakannya karena gerakanmu akan
spontan. Kau bergerak dengan terbuka dan
bebas.

Artikel ini ditulis oleh Teruyuki Okazaki
(instruktur kepala ISKF) dengan judul “Do
not think you have to win. Think that you
do not have to lose”. Editing dan alih
bahasa oleh Fokushotokan dan sedikit perubahan dari saya.

Sumber: http://
indoshotokan.blogspot.com/

Sabtu, 29 Oktober 2011

Hanya Allah

Aku melihat langit setelah mendung namun tak jadi hujan. Tidak gelap, namun tidak cerah. Sepertinya langit pun sedang bingung, sama seperti aku.

Aku sangat bingung. Bingung karena suatu sebab. Sebab yang membingungkan. Aku tak tahu mengapa, karena itu aku bingung.

Aku tak tahu mengapa Tuhan berkehendak seperti ini. Aku tak tahu mengapa Tuhan mengizinkan hal ini terjadi. Mengapa cahaya sirna oleh kegelapan.

Aku hanya bisa bersabar. Biarlah mereka berjaya. Dalam kesedihan aku hanya bisa bergantung pada Tuhan. Aku yakin Tuhan mempunyai maksud yang terselubung. Tak ada dokter yang bisa mengobati kegalauanku ini, kecuali Tuhan. Memang hanya Tuhan; Allah Yang Mahapengasih lagi Mahapenyayang.

(di saat aku berhenti mengetik, aku melihat keluar jendela dan aku melihat ada pelangi yang seakan mencoba menghiburku)

SUBHANALLAH, ALHAMDULILLAH, ALLAHUAKBAR

Selasa, 06 September 2011

Penyelamatan Kucing yang Tercebur di Sumur

Assalamu'alaikum para pembaca yang budiman. Kali ini aku ingin menceritakan cerita penyelamatan paling heroik yang pernah aku lakukan.

***

Pagi ini sebenarnya aku memasang alarm jam 3, tapi aku tidak bisa bangun. Niatnya ingin bangun jam 6an saja. Tapi sekitar jam 4, ibu memanggilku. Aku masih tidak sadar. Aku tak tau apa yang terjadi. Saat Ibu mengatakan bahwa ada kucing tercebur ke sumur, mataku langsung terbelalak, seketika badan malasku menjadi sigap. Aku berlari menuju sumur. Aku dengar jeritan dari dalam sumur. Saat kulihat ternyata Dona, kucing kesayanganku, terjebak di dalam sumur, sambil terus berenang di permukaan air.

Saat itu aku panik. Aku mencoba mengambil senter, lalu berusaha mengambil Dona dengan ember yang ditali di sumur, ternyata tidak bisa. Saking paniknya, aku malah tanpa sengaja menceburkan senter, duh.
Jeritan Dona makin keras, kudengar juga suara tenggorokannya yang kemasukan air. Ngeri lah pokoknya. Aku berpikir...aku ingin mencoba masuk ke dalam sumur, dengan menapak pada dinding2 sumur seperti yang dilakukan di filmnya Jackie Chan. Tapi ini sangat beresiko, mengingat aku ini gak bisa berenang. Aku mencoba mengikatkan salah satu bonggol tali ke badanku (yg tdk ada embernya), dan membiarkan ujung yg ada embernya biar terjepit diantara langit2 dan katrol, tapi ini juga beresiko mengingat ada bagian dari tali yang hampir putus dan belum diganti, kekuatan ikatan antara katrol dengan langit2 juga sepertinya cukup ndrawasi. Ibuku pun sempat melarangku masuk ke dalam sumur.

Tapi semua resiko itu harus kutempuh tanpa pikir terlalu panjang. Semuanya terjadi begitu singkat.

Setelah aku ikatkan tali ke badanku, aku masuk ke sumur. Ternyata tidak seperti yang kuduga. Dinding sumur yang sepertinya hanya dari bata, ternyata tidak mudah ditapaki karena sangat licin (bahkan ini lebih licin dari dinding keramik, aku dulu pernah mencobanya). Aku terperosok karena saking licinnya.

Tetapi saat itu Tuhanku menolongku. Aku sangat beruntung ada satu bata yang tatanannya sedikit menjorok ke dalam, jadi kaki kananku bisa berpijak dengan sedikit kemudahan, walaupun kaki kiriku masih terkangkang tanpa pijakan, jadi ini hanya soal waktu agar aku bisa menyelamatkan Dona, jika terlalu lama, aku bisa kram atau kehabisan tenaga.

Kemudian ibuku melemparkan ember untuk mengambil Dona. Untung saja Dona mau berkooperasi. Lalu ibuku memberikan kain gombal yang cukup panjang dan kuat, lalu kuikatkan ke ember, lalu diangkatlah Dona oleh ibuku. Saat itu kakiku hampir tidak kuat menahan beban, sepertinya akan kram. Ibuku juga tidak mungkin menarikku begitu saja. Aku rasa, tali itupun juga tidak kuat menahan seluruh beban tubuhku.

Akhirnya dengan susah payah aku menapaki dinding licin itu dengan bantuan sedikit tarikan dari ibuku, dan pegangan di bekas pipa lama. Akhirnya tanganku bisa meraih mulut sumur. Alhamdulillah aku berhasil. Hore!

Setelah itu Dona diberi anduk lalu berusaha dikeringkan. Ia masih berteriak. Tubuhnya menggigil. Mungkin ia shock. Adrenalinku pun masih terpacu, kurasakan kakiku bergetar. Walaupun kejadian itu hanya berlangsung mungkin 4-5 menit, kakiku masih bergetar jauh setelah itu.

Namun seiring dengan berjalannya waktu, Dona mulai tidak menggigil lagi. Aku juga mulai tenang. Akhirnya cerita ini berakhir dengan bahagia. Dona selamat, sementara aku berusaha mengobati kuku jempol kaki kiriku yang patah karena terperosok.

Setelah kejadian ini, aku menjadi tertarik untuk menjadi pemadam kebakaran atau tim SAR. Saat adrenalin terpacu, saat melakukan aksi heroik, saat bertindak menantang resiko, dan aksi2 lainnya...sepertinya semua itu sangat keren. Hahaha

Wassalamu'alaikum

***

Thanks to
Allah SWT
Ibuku
Ember
Senter
Tali
Anduk
Bata yang susunannya menjorok ke dalam
Obat merah
Kain gombal
Jackie Chan

Jumat, 02 September 2011

Aku

Oleh sang maestro Lao Tze



Lupakan pengetahuanmu, dan masalah yang kau hadapi akan terselesaikan.

Apakah ada perbedaan antara "ya" dan "tidak"?

Apakah ada perbedaan antara yang "baik" dan yang "buruk"?

Mengapa saya harus takut, karena yang lain semuanya takut? Tidak masuk akal.

Orang banyak tengah berpesta pora.
Mereka mengunjungi tempat-tempat hiburan.
Hanya aku saja yang tidak kemana-mana.
Seperti seorang bayi yang belum belajar senyum, aku sendirian.
Tidak ada tempat yang harus kukunjungi.

Mereka memiliki lebih banyak dari yang mereka butuhkan.
Tetapi aku tidak memiliki sesuatu.

Aku memang tolol, bingung.
Mereka semua begitu pintar, aku saja yang bodoh.
Mereka cerdik, tajam...aku tumpul.
Aku keluyuran tanpa tujuan.
Seperti gelombang laut, seperti tiupan angin.

Setiap orang begitu sibuk,
hanya aku saja yang santai dan gelisah.

Aku berbeda;
aku dipelihara oleh Ibu Sejati.





Sedikit banyak mirip2 karo aku, hahaha

Kisah Singa yang Kehilangan Taringnya

Assalamu'alaikum!

Kali ini aku hanya ingin cerita tentang ke-pathetic-an-ku. Tidak seperti postingan2ku sebelumnya, postingan ini hanya cerita tak bermutu. Yah lebih baik daripada blog ini nganggur gak nambah2 entry.

Ceritanya begini:

Aku ini lahir tgl 18 Agustus, jadi secara astrologi bintangku Leo. Walaupun aku gak terlalu percaya dgn hal macam itu, tapi setidaknya dulu aku benar2 menjiwainya. Aku percaya bahwa aku adalah singa. Aku adalah raja. Semua orang takut padaku. Hahaha

Sementara itu, kakakku hanyalah kepiting, bapakku domba. Jadi aku bisa berbuat semena-mena. Dulu mainan kakakku sebelum aku lahir baik2 saja sampai aku lahir, semuanya kuambil alih. Dan...kebanyakan tidak bertahan kecuali hanya dalam waktu yang singkat!
Ketidakmutuan ini berlanjut sampai aku SD. Di dalam geng, aku adalah pemimpinnya. Aku selalu mengatur permainan. Tidak jarang aku memaki teman yang tidak sesuai dengan apa yang kuingin. Bahkan aku masih ingat suatu ketika teman yang umurnya 4 tahunan di atasku, merusakkan mainanku. Jumlahnya dua orang. Kedua terpidana itu kusuruh baris berjongkok, lalu kujewer satu persatu sampai sepuluh kali. Hahaha! Masa kecil yang menyenangkan.

Tapi sifatku ini tidak sebatas kenakalan saja, ada juga sisi positifnya. Dulu, aku orang yang sangat tegas, pemberani, tidak pernah takut, tidak kenal menyerah dalam menghadapi masalah, sangat ulet dan gigih dalam berjuang. Seingatku begitu lah..
Aku selalu bekerja keras. Aku menganggap hidup sebagai kompetisi untuk memperoleh kemenangan. Jika aku dikalahkan, aku tidak mau terima dan berusaha mengungguli. Jika aku dihina, aku akan naik pitam lalu marah-marah. Maka dari itu, aku disegani temanku. Dan tentu saja...banyak dimusuhi teman yang lain.
Karena sifat ini, seingatku dulu aku anak yang berprestasi, berkompetensi, memiliki daya juang yang tinggi. Nilaiku selalu baik, aku juga selalu memenangkan segala jenis permainan. Aku memang anak yang hebat (seingatku...haha).

TAPI KINI

Aku adalah orang yang tidak bermutu. Aku selalu bangun terlambat karena tadi malamnya melakukan hal yang tidak bermutu. Kemudian shalat shubuh dengan tidak khusu'. Aku sudah tidak ingat lagi tentang kamar yang berantakan. Lalu sarapan yang tidak bergizi. Jika waktunya masih memungkinkan, aku akan mandi, jika tidak ya hanya cuci muka dan gosok gigi. Lalu dengan terburu-buru menata jadwal pelajaran hari itu, tidak jarang aku melupakan suatu buku/tugas tertentu yang menyebabkan aku harus mengerjakan ulang di sekolah. Di sekolah pun aku hanya pasang badan saja. Di saat teman2 dengan sangat antusias berorganisasi dalam organisasi masing2, aku justru memilih ber-apatis ria. Alasanku; dengan tidak menyatu dengan siapapun, aku justru bersatu dengan semuanya. Hahaha

Tidak seperti aku dulu yang selalu tau apa yang harus dilakukan, bahkan kini aku bingung hanya sekedar untuk melangkah. Dulu di otakku isinya adalah inspirasi, motivasi, dan inovasi sehingga aku tau yang kumau dan cara mencapainya. Sekarang pikiranku kusut. Aku terlalu banyak memikirkan hal yang tidak realistis. Aku tidak tau apa yang kumau, apa yang harus aku capai? Aku kadang harus memikirkan dulu kemauan. Tapi apa gunanya semua itu.

Tidak seperti aku dulu yang lugas dalam menentukan sikap pada teman tanpa pekewuh. Kini aku terlalu mentolerir kerusuhan teman2ku, dan tidak jarang aku ikut rusuh2an. Wah pokoknya aku ini pemuda madesu. Sekolah ra cetho, organisasi ra melu, gaul yo ora, jirihan, rupa pas2an, dhuwit pas2an, gitaran isohe gur rong lagu, pacar yo randue, adus sedino pisan, tapi rapopo lah...penting urip. (halah, mending mati wae)

Sekian cerita dariku. Walaupun memang cerita ini sangat tidak berkualitas, tapi sesuai sloganku "suarakan kebenaran" maka aku boleh saja menceritakannya. Hahaha.
Saya berharap Anda tidak mengikuti saya, kejarlah impian kalian kawan! Jangan biarkan virus saya ini menyebar! Hahaha!
Tapi mulai sekarang, saya ingin tobat kawan! Saya ingin jadi uwong genah. Doakan saja ya!

Setelah ini apakah ada yang akan membaca postingan ini? Hahaha aku berharap saja akan ada. Menyedihkan!

wa'alaikumsalam

Selasa, 23 Agustus 2011

Ajakan

Akhir-akhir ini, kesadaran saya sedang surut. Entah mengapa, hidup terasa tidak menyenangkan. Pada saat-saat ini, begitu banyak nikmatNya yang saya ingkari. Seakan saya lupa hakekat diri ini.

Memang bagaikan air laut, kesadaran juga mengalami pasang dan surut. Begitulah jiwa manusia, tidak pernah stabil...atau setidaknya belum. Jika kesadaran sedang pasang, hendaknya kita melakukan hal yang wajib dan sunnah. Dan jika kesadaran sedang surut, kita tetap tidak boleh melupakan yang wajib. Sedang yang sunah, kita tau hal itu akan sangat berat untuk dilakukan. Tapi jangan sampai kita terjerumus dalam keburukan. Kita boleh meninggalkan segala urusan, kecuali kebaikan.

Saya tidak mau membohongi diri sendiri maupun orang lain. Di tulisan2 saya sebelumnya, jika mungkin ada yang menganggap saya orang yang bijak, ya silakan. Itu memang benar, dan juga salah. Ada kalanya saya menjadi orang bijak dan melakukan segala urusan dengan brilian. Tapi ada kalanya saya menjadi orang sinting, yang hanya menambah masalah di setiap perbuatannya.

Sebelum membuat tulisan2 ini, saya berpikir. "apakah tujuan saya?"

Dengan tulisan2 ini, saya TIDAK berharap Anda melakukannya seakan-akan itu adalah hukum yang harus ditaati. Saya tidak memperintah Anda. Saya hanya MENGAJAK Anda. Tuhan sangat membenci orang yang memperintah sedang ia sendiri tidak mengamalkannya. Harapan saya hanyalah membuat keadaan menjadi sedikit lebih baik. Itu saja.

Salah satu jihad yang bisa dilakukan adalah dengan mengajak kepada kebaikan (dakwah). Memang terasa ringan dan simpel. Tapi boleh jadi suatu saat leher kita akan digorok hanya karena perbuatan ini (lebay sithik rapopo wes).

Tidak heran, karena ajakan seperti itu terasa sangat mengganggu di telinga orang2 yang tidak sadar. Karena hati mereka telah tertutup oleh belenggu nafsu. Ajakan itu hanya akan membakar semangat mereka untuk semakin menyimpang dari kebaikan.

Kita masih ingat bagaimana nabi Ibrahim dibakar raja Namrud, lalu ketika nabi Musa dimusuhi Fir'aun, nabi Nuh yang kapalnya dikotori oleh kaumnya dan anaknya yang tidak mau mengikutinya, nabi Isa yang disiksa oleh orang2 Roma yang tidak mau menerima kebenaran, nabi Muhammad yang dilempari kotoran Unta dan berulangkali diancam untuk dibunuh, dan para sahabat lainnya yang luarbiasa penderitaannya hanya karena menyebarkan kebaikan.

Tapi pada akhirnya, Tuhan menyelamatkan mereka. DiubahNya hati yang takut menjadi tenang dan gembira. Keburukan sangat lemah tak berdaya. Kemudian dihancurkanlah para pendusta itu dan sia2 apa yang mereka usahakan.

Saudaraku, saya mengajak kita semua melakukan dan mengajak kepada semua yang kita sayangi maupun cintai untuk melakukan kebaikan dimanapun berada, selalu suarakan kebenaran, meskipun itu bertentangan dengan nafsu dan keadaan yang menghimpit.

Kamis, 04 Agustus 2011

Bekerja Tanpa Motivasi

Di Dojo tempat saya latihan, ada seorang senpei yang super energik saat melatih pohei-poheinya. Namanya senpei Tanto. Suaranya lantang, badannya tegap, selalu sigap, hiperaktif, suka aneh2, semangatnya membara, dan kalau berbicara selalu menggunakan majas hiperbola. Kalau di kartun Naruto, beliau bisa dipasang sebagai guru Gai. Sementara itu, ada juga senpei Bambang. Badannya juga tegap sih, tapi suaranya biasa-biasa saja, tingkahnya kalem, orangnya gak neko-neko, kata-katanya biasa saja, tidak pake majas apapun (itu namanya majas apa ya?), dan beliau selalu mengenakan kain hitam di wajahnya. Beliau ini cocok sekali kalau dipasang menjadi guru Kakashi di kartun Naruto.

Saya sendiri sebenarnya menyukai mereka berdua. Tapi kalau soal melatih, saya jauh lebih suka kalau dilatih senpei Gai, maklum lah anak muda. Karena kalau setiap latihan, senpei Gai selalu memberikan motivasi pada kami. Saat kami sudah kelelahan dan kehabisan tenaga, jiwa saya serasa seperti terbakar! Apalagi kalau beliau menyuruh kami meneriakkan yel2 konyol yang dibuatnya. Meskipun konyol, tapi sangat efektif untuk membakar semangat!

Cara senpei Kakashi jauh berbeda. Yah, tahu sendiri lah. Saat dilatihnya, yang saya rasa adalah males dan ngantuk. Hanya sedikit sekali keringat yang keluar dari tubuh saya, saking malesnya.

Suatu ketika senpei Gai, yang biasanya sangat semangat datang melatih, tidak bisa datang. Saya kecewa. Terbayang di kepala saya rasa males dan ngantuk yang akan saya rasakan nanti. Dan ternyata benar, senpei Kakashi mengajar dengan wajahnya yang tidak menunjukkan semangat hidup sama sekali. Juga dengan nada suaranya yang datar. Sungguh seperti orang yang tidak pernah mensyukuri hidup. Yah, saya mulai malas melakukan gerakan secara all-out seperti kalau dilatih senpei Gai.

Dalam keadaan seperti itu, tidak ada yang bisa menghalau laju lamunan saya yang tak mengenal batas. Saya mulai berkhayal;

Bagaimana jadinya kalau oksigen harus dibayar dulu sebelum boleh kita hirup? Bagaimana jadinya jika matahari malas2an menampakkan sinarnya, dan hanya mau menerangi dunia kalau dia dibayar terlebih dahulu? Bagaimana jadinya kalau gravitasi malas2an menarik kita? Bagaimana jadinya kalau bulan, satelit, dan planet2 bekerja hanya menurut kemauannya tanpa memperhatikan orbitnya masing-masing?

Alam ini bekerja tanpa mengharapkan suatu imbalan. Demikian juga para bijak. Perhatikan ruangan hampa antara langit dan bumi. Terasa begitu kosong namun menghasilkan segala sesuatu. Membesarkan diri sendiri tidak berarti apapun. Penemuan jati diri adalah yang terpenting.

Setelah menemukan jati diri, kita akan tahu kemampuan kita, demikian kita akan bekerja secara alami. Selama ini pikiran kita sudah terlalu picik! Kita hanya akan bekerja kalau kita tahu imbalan yang akan kita dapat. “saya mau melakukannya asalkan diberi uang”. “saya mau melakukan ini asalkan anda mau melakukan itu”. Harus kita ketahui bahwa hidup harus kita lakoni tanpa “asalkan”. Sesungguhnya sholat kita, ibadah kita, hidup kita, dan mati kita semuanya harus kita lakoni tanpa mengharap apapun kecuali untuk Allah SWT semata. Tidak usah banyak berfikir, just do it!


Setelah itu, saya kembali ke kesadaran saya. Saat ini saya melakukan gerakan secara total. Bahkan melebihi saat saya dilatih oleh senpei Gay. Saat bergerak, rasa-rasanya energi itu mengalir dengan begitu saja. Terasa nikmat, menyenangkan, aneh, entahlah! Sepertinya senpei Kakashi memang menyimpan banyak misteri…

Kamis, 23 Juni 2011

Kekayaan

(untuk teman2 sekelas saya di XG, mohon dibaca dengan kepala dingin dan se-obyektif mungkin)

Saya punya pengalaman menarik ketika bersekolah di SMA Negeri 1 Klaten. Sekolah ini konon katanya adalah sekolah paling baik di Klaten. Menurut rumor yg beredar, pokoknya siswa sini tu ganteng2, cantik2, pintar2, dan orang kaya semua. Tolong yg saya sebut terakhir itu digarisbawahi.
Beberapa waktu yg lalu, saya membuat suatu eksperimen yg melibatkan teman2 saya. Setiap berangkat sekolah, saya membawa kertas kosong banyak sekali. Pada saat ulangan, saya menawarkan kertas pada satu teman saya. Akhirnya hal itu diketahui teman lain, dan dalam sekejab seluruh kelas meminta kertas pada saya.

Hari berikutnya, saya tidak menawarkan kertas saya. Tetapi ada satu teman yg meminta kertas, dan saya memberinya. Saat diketahui teman lain, langsung semuanya minta kertas pada saya.
Berikutnya saat ada ulangan, tanpa basa-basi seluruh kelas langsung minta kertas pada saya.
Begitu seterusnya hingga lama-kelamaan hal ini menjadi kebiasaan untuk selalu minta kertas pada saya.

Dari situ saya menarik kesimpulan bahwa kekayaan tdk bisa diukur dari banyaknya harta benda yg dimiliki.
Ya...walaupun hanya hal sepele (kertas), tapi hal ini bisa menunjukkan kondisi kejiwaan seseorang.
Teman2 saya kebanyakan adalah anak orang dengan penghasilan menengah ke atas. Tentu mereka tdk akan kesulitan untuk sekedar membeli kertas sendiri. Tapi karena jiwa mereka masih belum kaya, mereka masih mencari-cari keuntungan dari orang lain. Mereka belum puas dengan diri sendiri. Ini yg saya sebut miskin jiwa. Hahaha! Tolong untuk teman2 jangan marah, tolong ambil pelajaran dari hal ini. Karena kemiskinan jiwa ini sebenarnya sangat meresahkan.


Negara ini sebenarnya punya segala-galanya. Tapi negara ini miskin akan jiwa. Padahal kalau orang itu miskin jiwa, diberi harta berapapun pasti masih ingin lagi.

Begitu juga yg terjadi di kalangan para pejabat saat ini (ya...nggak seluruhnya tapi banyak diantaranya). Untuk kepemilikan harta benda, mereka punya segala-galanya. Tapi coba lihat tingkah laku mereka. Mereka masih bertindak layaknya orang yg belum makan 3 hari. Harta rakyat masih mereka makan juga. Kalau mereka diberi harta lebih, kewenangan lebih, mereka masih tidak puas juga dengan yg dimiliki. Bukannya memberi yg terbaik pada rakyat, justru malah memanfaatkan kewenangannya untuk mengambil lebih banyak lagi dari rakyat. Betapa miskinnya mereka!

Sebenarnya segala sesuatu yg kita butuhkan sudah ada di dalam diri kita sendiri. KEPUASAN TERHADAP DIRI SENDIRI ADALAH KEKAYAAN YANG PALING BERHARGA. Dan cara agar jiwa kita puas dan tentram adalah dengan BERSYUKUR. Seperti tercantum dalam surat Ibrahim (14) ayat 7:

Dan (ingatlah) ketika TuhanMu memaklumkan, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat."

Dengan menyadari hal ini, kita akan berhenti merampok dari orang lain, justru kita akan mulai memberi kontribusi pada orang lain, kita akan puas dengan diri sendiri, kita akan selalu bersyukur, kita akan menjadi orang kaya yang sesungguhnya!

Minggu, 12 Juni 2011

Kebenaran

Kemarin pulang sekolah saya main catur dengan teman saya, Asqi. Hasilnya nggantung. Asqi tdk mau melanjutkan pertarungan. Jadi pulangnya saya ingin main lagi.
Sorenya bapak saya pulang. Jadi saya menantangnya main catur. Karena lama tdk main, ia menerima.

Sebelum mulai, kami membuat peraturan:
1. Tdk boleh undo.
2. Kalau pegang harus jalan.
3. Yg menang adalah yg berhasil menang 10 kali.
Dan pertandingan dimulai!

Babak pertama, saya kalah. Saya mendapat ejekan bemacam-macam, tapi tenang, baru satu kali. Begitu juga dengan babak kedua, ketiga, dan keempat.

Babak kelima, sy membuat bnyk kesalahan yg membuat pasukan saya banyak yg hilang. Namun bapak saya membuat satu kesalahan yg fatal, dan saya menang. Ini kemenangan saya yg pertama. Score 4-1 masih menang bapak.

Pertandingan berikutnya saya menang. Kemudian menang lagi, lagi dan lagi. Hingga saya menang 9 kali berturut-turut! Bapak saya semakin hilang konsentrasi. Hahaha!

Hingga pertandingan yg akan menentukan kemenangan bulat bagi saya. Kami bersiap, dan babak ke-14 dimulai!
Pada awal pertandingan, saya membuat kesalahan hingga kuda saya hilang dengan gratis. Tapi dengan segala taktik saya, akhirnya saya bisa membalikkan keadaan dan menang! Saya berhasil menang 10 kali!

Dan konflik pun dimulai! Bapak saya tdk mau menerima kekalahannya. Ia mulai mengada-ada. Katanya kalau saya ingin menang, saya harus menang 4 kali lagi. Karena saya menang 10 kali dan kalah 4 kali. Berarti saya baru menang 6 kali. Saya harus membuat kemenangan 4 kali lagi tanpa kalah, atau dengan kalah, tetapi nanti ditutup lagi dengan kemenangan!

Saya langsung menyangkal pendapatnya: tidak bisa seperti itu! Tadi aturannya menang 10 kali dan saya sudah mendapatkannya. Kalaupun saya kalah 9 kali tapi akhirnya bisa menang 10 kali, itu sudah menang! Namun bapak saya tetap ngotot! Katanya kekalahan saya yang 4 kali itu harus ditutup dulu.
Akhirnya kami pun adu tafsir!
Saya mengatakan bahwa menang-kalah ini tdk bisa ditambah-kurangkan.
Bapak saya ngotot, 10 itu maksudnya agregat seperti di permainan sepakbola.
Saya berdalih: oh, tetap tidak bisa! Kalau begitu berarti kau hanya seorang berjiwa 'pedagang'! Kau melakukan dosa, kemudian kau shalat, shalatmu itu utk menutupi dosamu, sehingga impas dan kau tidak kena azab. Jelas tidak seperti itu! Dosa tetap dihitung dosa, kelak kita tentu akan mendapat hukumannya. Dan pahala tetap pahala, kebaikan kita tetap tidak akan hilang meski melakukan dosa! Dalam surat al-Zalzalah ayat 7 dan 8 pun demikian.
"barangsiapa berbuat kebaikan sebesar zarrah pun, ia akan mendapat balasannya. Dan barangsiapa berbuat keburukan sebesar zarrah pun, ia akan mendapat balasannya."
Bapak saya masih tidak mau kalah. Katanya ini berlaku hukum III Newton, aksi=reaksi berarti 10 itu aksi 4 itu reaksi. Berarti masih 6 agar bisa dapat 10 aksi.
Bapak saya yg notabene orang pertanian tdk memahami hal ini. Yg seperti itu, harusnya dimensinya sama, misalnya gaya [MLT^-2] nanti ya harus dibalas gaya. Lha ini, menang dan kalah itu dimensinya sudah tidak berhubungan sama sekali!
Namun bapak saya masih tetap ngotot.

Akhirnya saya teringat cerita Mahatma Gandhi sebelum beliau pergi ke Inggris. Sewaktu akan meninggalkan India, ibunya tdk mengizinkan. Karena Mahatma adalah pemeluk Hindu aliran yg tdk boleh memakan daging. Ibunya khawatir di Inggris akan sulit menemukan sayuran, karena di sana hampir semua makanan mengandung daging. Akhirnya Mahatma bersumpah pada ibunya bahwa ia tdk akan memakan daging. Lalu Ibunya mengizinkan.

Sampai di Inggris, Mahatma kesulitan mendapat sayuran. Yg ada hanya daging, susu, lalu telur. Suatu saat Mahatma bertemu dengan seorang vegetarian. Vegetarian itu berpendapat dan percaya bahwa telur bukanlah daging, jadi Mahatma boleh memakan telur, dan tidak melanggar sumpahnya.
Namun Mahatma meniti ke dalam dirinya sendiri. Sewaktu ia bersumpah kepada ibunya, yg ada di pikirannya adalah bahwa daging itu juga mencakup telur. Walaupun akhirnya telur itu bukan daging, dan secara bahasa persumpahan, ia tidak melanggar sumpahnya jika memakan telur. Mahatma berpikir bahwa saat bersumpah, telur juga masuk daging, jadi ia tetap tidak mengkonsumsi telur. Saya salut padanya. Ia jujur pada diri sendiri. Ia adalah orang yg dekat pada kebenaran.

Saya kembalikan ke konflik tadi. Saat membuat aturan di awal tadi, yg terbayang di pikiran adalah menang 10 kali dan tidak peduli kalah berapa kali. Saya yakin bapak saya pasti juga berpikir seperti itu. Namun, dalam perjalanan ia kalah dan akhirnya mengada-ada. Ketika bapaksaya saya tanyai: pasti tadi yg ada di pikiranmu seperti itu kan? Hayo, ngaku!
Bapak saya pun terdiam dan mengaku.
"wah, menang-menangan tafsir iki" katanya. Hahaha!

Demikianlah, di saat kondisi buruk, terkadang kita tidak berani jujur pada diri sendiri dan membuang kebenaran lalu mencari pembenaran. Itu yg sedang nge-trend saat ini di Indonesia. Ya, kita hanya mencari pembenaran, bukan kebenaran.
Namun tidak peduli bagaimana dalih anda, manipulasi anda, intrik anda, dan alibi anda, kebenaran tetap kebenaran. Ia sejati, ia kekal, karena kebenaran bersumber dari hati nurani dan hanya hati nurani yg bisa berhubungan langsung dengan Tuhan!

Kejujuran memang terkadang menyakitkan, namun ketidakjujuran adalah lebih mencelakakan lagi!

Rabu, 08 Juni 2011

Rabu, 8 Juni 2011
Hari ini siswa/i SMA sedang menjalani serangkaian acara tes akhir semester genap yg berlangsung seminggu. Dan jadwal utk besok adalah Fisika, pelajaran yg ditakuti oleh sebagian besar siswa/i.

Sore harinya, saya mengikuti les. Di tempat les, ada kejadian yg sangat memilukan. Ada seorang siswi yg seperti menyimpan misteri. Ketika dia memberitahu temannya, temannya itu sontak menjerit bahagia. Hal itu menarik perhatian teman lain. Sampai siswi tadi ditanyai berulangkali. Akhirnya diketahui bahwa yg disimpannya itu adalah bocoran soal fisika utk tes besuk. Astaga! Teman lain pun berusaha keras ingin mengkopinya. Saya pun langsung mengatakan kpd teman dekat saya: tidak usah ikut2an, besuk kita berusaha sendiri saja, nilai hasil dari cara kotor semacam itu tidak ada artinya sama sekali! Kau hanya akan menzalimi diri sendiri!!
Untuk sesaat ia menuruti saya.

Tak lama kemudian, hal itu diketahui tentor kami. Tentor yg tadinya menerangkan pelajaran dan soal-soal prediksi, akhirnya diminta oleh siswi tadi untuk mengerjakan soal bocoran yg dimilikinya. Dan tentor itu menurutinya. Ya Tuhan! Kemudian tentor itu membacakan opsi2 jawaban dari nomor satu sampai akhir.
Teman dekat saya tadi pun ikut2an mencatat opsi jawaban yang diberitahukan tentor. Saya sendiri berusaha mengalihkan konsentrasi saya kepada buku saya sendiri, agar pendengaran saya tidak fokus. Sambil mencegah teman saya agar tdk ikut mencatat kunci jawaban. Namun ia gagal mendengar suara hati. Ia terus mencatat opsi demi opsi jawaban yg diutarakan tentor. Katanya: kalau aku berusaha keras belajar, sementara mereka enak2an dan dapat nilai bagus, itu tidak adil! Saya melihat sekeliling, ternyata semuanya mencatat kunci jawaban itu. Hanya saya seorang diri yang diam saja.
Astaghfirullah..

Dalam keadaan seperti itu, hati nurani saya terasa sakit. Ya, sangat sakit. Saya tdk tahu apa yg harus saya lakukan. Saya tdk bisa menghentikan kemungkaran ini. Akhirnya muncul pikiran bodoh di kepala saya untuk mencatat kunci jawaban itu. MasyaAllah! Namun pertolongan Tuhan datang. Saya tidak jadi menulis kunci jawaban itu.
Terimakasih ya Allah..

Anda mungkin menganggap saya bodoh, ada kesempatan kok malah ditolak, menyusahkan diri sendiri, dsb.
Jika demikian pikiran Anda, ketahuilah bahwa yg bodoh adalah Anda sendiri!
Memangnya seberapa pentingnya tho nilai bagus di rapor? Apa pengaruhnya di kehidupan Anda? Paling2 hanya utk pamer, agar dapat pujian, atau paling banter hanya dpt hadiah dari orang tua.
Atau yg lebih hebat sedikit, nanti bisa diterima di jalur undangan. Kemudian nanti bisa dapat kerja bagus, terus dapat gaji banyak. Huh, apalah artinya semua itu jika didapat dengan curang?

Begitu pentingkah score itu sehingga Anda rela melukai hati nurani Anda sendiri? Kalau memang Anda ingin dapat score tinggi, harusnya Anda berusaha dengan cara yang benar. Anda pun akan mendapat kepuasan tersendiri karenanya. Namun jika Anda mendapat score tinggi dengan cara curang, ketahuilah bahwa score itu tidak berarti sama sekali!

Ingat! Kejarlah kepahaman, maka nilai bagus akan kau dapat. Kejarlah kesempurnaan, maka kesuksesan akan mengikutimu sendiri!

Minggu, 15 Mei 2011

Penyimpangan yang Lurus

Mei 2011
Saya memang blogger yang payah. Sudah bertahun-tahun lamanya blog ini terbengkalai tidak terurus. Bahkan kemarin saya lupa passwordnya.

Sebenarnya pada saat saya vakum, saya mempunyai banyak hal yang ingin saya tuliskan. Namun karena kesibukan datang tak henti-hentinya. Dan juga pikiran saya yang hanya ingin menyimpan semuanya untuk saya sendiri. Tapi sudahlah, yang penting sekarang saya sudah menulis lagi.

Baik, langsung saja saya ulas masalah ini. Saat ini, negara kita ini sedang dilanda krisis yang sangat mengkhawatirkan. Ada krisis BBM, krisis listrik, krisis udara segar, sampai krisis pangan, krisis uang, lalu menjurus ke krisis pekerjaan, krisis tenaga ahli, sampai krisis kepercayaan kepada tetangga, teman, anak, pemerintah, bahkan Tuhan sekalipun. Tentu krisis itu tidak melanda semua orang, tapi kan ada yang mengalami masing-masing macam krisisnya.
Nah, dari krisis tadi orang-orang mulai melakukan hal yang tidak sesuai dengan yang seharusnya dilakukan. Pemerintah tidak jujur, aparatnya juga ikut-ikutan, rakyat yang kecewa coba bertindak, lalu diberi hukuman, yang menghukum juga tidak jujur, ada orang yang agak jujur akhirnya dibungkam, dan seterusnya dan seterusnya..
.dan terciptalah zaman kala bende seperti yang diramalkan Jayabaya.

Tahukah Anda awal dari semua itu?
Saya sendiri juga tidak tahu persis tapi menurut saya, asal muasalnya paling paling adalah pengingkaran terhadap hati nurani. Sumber dari semua krisis itu adalah krisis kesadaran. Banyak orang hari ini tidak sadar dengan apa yang dilakukannya. Dia menutup telinganya terhadap apa yang disuarakan oleh hati nurani. Padahal yang bisa berhubungan dengan Tuhan hanyalah hati. Tetapi sekarang orang-orang hanya menuruti keinginan nafsunya saja. Akhirnya ya terjadilah zaman edan ini, sing edan tambah edan, sing ora edan ora komanan atau malah ciloko.

Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang?
Sekarang kita ibaratkan membasmi ketidakjujuran itu seperti saat kita membersihkan kamar/motor. Ketika akan membersihkan, darimana kita memulainya? Dari atas tentunya. Segala bentuk ketidakjujuran ini kalau kita hanya basmi di tingkat RT saja, tidak akan bisa membersihkan secara total. Kalau aparat pembersihnya hanya berani membasmi di tingkat kecil-kecilan seperti itu, mana mungkin korupsi bisa hilang. Yang korupsi di tingkat atas ya hanya tenang-tenang saja. Tapi ya memang susah sih bagi kita yang tidak berdaya untuk bisa membasmi semua itu. Namun jangan putus asa dulu. Hal itu memang butuh waktu yang tidak sedikit.. Sekarang kita ibaratkan membangun kesadaran moral seperti saat kita membangun rumah. Saat akan membangun rumah, darimana kita memulainya? Dari fondasi tentunya. Ya di bagian inilah sebenarnya dari tadi ingin saya sampaikan... Untuk membangun negara ini, harus kita mulai dengan membangun karakter kita para pemuda/i terutama yang masih duduk di bangku sekolah. Coba kita tengok di kelas kita. Ketika terjadi ulangan/tes, adakah diantara teman kita yang menyontek atau nirun atau njaplak? Atau malah ada yang saat tes laci mejanya nyala (karena ada HPnya)? Anda juga tahu sendiri. Situasi inilah yang membuat saya resah. Jika mulai dari usia mudanya seseorang sudah bertindak semacam itu, tidak heran jika kelak dia menjadi pejabat dia akan tega memakan uang yang bukan haknya, melakukan penipuan, korupsi dsb. Yang membuat saya tambah khawatir, hal ini (tirunan) ternyata bukan hanya ada, tetapi bahkan sudah membudaya di lingkungan kita. Waktu SMP (sekarang pun masih), saya adalah murid yang dibenci oleh teman-teman saya karena sewaktu tes tidak pernah mau memberitahukan jawaban saya/tidak mau tirunan. Parahnya yang membenci saya ini bukan hanya satu atau dua kelompok yang berisi 4-5 orang, tetapi satu kelas!! Walhasil saya ini adalah murid yang menyimpang dari norma yang ada di kelas itu. Alasan mereka memang hebat; nggak setia kawan, sok pintar, individualis, dll. Parahnya lagi, saya masih ingat waktu itu ada pengarahan untuk menghadapi Ujian Nasional, ada guru yang mengajari kami untuk saling bekerjasama pada saat tes nanti. Kemudian guru tadi bertanya; siapa yang susah diajak kerjasama? Serentak satu kelas menunjuk ke arah saya! Aduh! Memang benar saya ini menyimpang dari budaya itu. Namun saya tetap tenang, saya tidak cemas karena satu hal...SAYA TIDAK MENYIMPANG DARI HATI NURANI SAYA !! Diantara Anda mungkin masih banyak yang belum berani mendengar kata hati lalu memilih menutup penglihatan dan pendengaran Anda, lalu mengikuti keadaan yang memaksa Anda mengingkari hati nurani dan berbuat keburukan. Memang menurut perspektif saya, pemuda zaman sekarang memang kasihan. Mereka dituntut oleh standar-standar yang sebenarnya mereka belum siap untuk memakainya. Kalau iman tidak kuat, sementara dia dituntut mendapat nilai baik, tentu dia akan melakukan hal tadi (tirunan). Kalau ada yang nekat tidak tirunan dan memang belum mampu, tentu nilainya jelek atau tidak lulus. Kasihan juga sebenarnya. Apalagi teman-teman lainnya pasti akan memperolok-oloknya. Namun saya sangat hormat kepada siswa yang berani mendengar kata hati seperti itu.

Demikian gambaran tentang polemik yang ada di lingkungan kita. Saat ini ketidakjujuran telah menjadi sistem. Namun sebagai pemuda kita harus berani membela kebenaran! Kita harus berani mendengar apa kata hati! Tidak masalah jika kita menyimpang dari budaya yang memang menyimpang! Ayo, sadarlah temanku! Dengarkanlah suara hati! Jika kelak kita menanggung beban negara ini, semoga kita tidak berbuat zalim. Amin.